Translate

Thursday, November 27, 2014

Sahabat kota Bursa

27-28 01 2014


Aku sempat telat pergi berlibur karena mengusahakan adanya teman yang akan mendampingiku di perjalanan. Sidiq seorang teman indonesiaku akhirnya mau menemaniku pergi berlibur. Tujuan kami pada saat itu adalah ke bursa. Yaitu tempat di mana kami bisa melihat salju dan bermain ski. Perjalanan dari denizli ke bursa kami tempuh dalam waktu 9 jam. Sedangkan seharusnya 6 jam. Bebarapa masalah terjadi pada saat perjalanan. Aku tidak merasakan lamanya perjalanan karena waktu tempuh aku habisakan dengan tidur. Sedang sidiq yang merasakan betapa lamanya perjalanan karena ia tidak bisa tertidur.



Kami tiba di terminal bursa. Terminal termegah yang pertama 
aku lihat. Di sana kami menunggu jemputan dari salah seorang teman indonesia bernama Zaki. Setelah itu kami tiba di salah satu asrama bernama Ertuğrul Gazi asrama yang cukup besar dan megah. Kami sampai pada siang hari dan kami pun menyantap makan siang di sana.



Kami pun tidak mau membuang-buang waktu setelah makan siang kami langsung minta seorang teman bernama fuad untuk mengajak kami keliling kota bursa. Kendaraan yang pertama kami naiki adalah metro atau yang lebih dikenal dengan kereta.  




Dari stasiun Osman Gazi kami segera menuju ke masjid Ulu Cami untuk menunaikan shalat Ashar. Setelah kami menunaikan shalat kami sempat bertemu dengan pelajar asia yang lain. Ulu Cami merupakan masjid terbesar di Bursa jadi kami tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk tidak berfoto.



Setelah kami banyak berfoto kami juga berziarah ke makam Osman Gazi beserta anaknya beliau Orhan Gazi. Dan yang paling aku suka adalah ketika aku dan teman-teman mengunjungi salah seorang kediaman ibu berkebangsaan Indonesia. Di sana kami dijamu dengan hidangan indonesia yang luar biasa. Sudah lama aku tidak menikmati makanan kampung halaman. Hati ku menangis dalam kegembiraan.




Setelah selesai makan teman temanku pergi menonton televisi sedang aku sibuk mewawancarai ibu yang sudah berumah tangga ini. Kami berbincang hingga pukul 22.00. aku sangat terkesan dengan cerita yang disampaikan beliau. Beliau merupakan ibu yang baik dan tangguh. Sayang kami harus pergi kembali ke Asrama tapi kami sangat senang sekali akan jamuan yang beliau berikan. Kami ucapkan sampai jumpa dan terimakasih kepadanya.




Kami tertidur di kereta selama perjalanan karena aku sangat lelah. Untungnya temanku bernama Fuad rela berkorban untuk tidak tidur dan membangunkan kami ketika sampai di Asrama.














Wednesday, September 10, 2014

Bersepeda ke Pamukkale

Halo Sahabat-sahabat sekalian,

Kali ini kami pergi menuju ke Pamukkale dengan bersepeda. Sepeda biru itu adalah milik kami sedangkan yang satunya kami peroleh dengan menyewa. Harga sewa perhari itu 15 TL. Dari tempat tinggal kami waktu tempuh kira-kira kurang dari 1 jam. Kami bisa sesuka hati berhenti di manapun. Untuk mengabadikan kenangan ini kami mengambil beberapa gambar. 

Perjalanan pulang sangatlah melelahkan selain tidak ada turunan, tenaga kami pun habis setelah berjalan-jalan. Kami menghabiskan 3 jam untuk perjalanan pulang. Hal itu dikarenakan pada akhir perjalanan kita sempat terjebak dalam akar  berduri sehingga salah satu ban sepeda kami bocor. Berhubung hari itu adalah hari minggu kami tidak bisa menemukan bengkel sepeda.   






















Tuesday, September 9, 2014

Sedikit Tentang Safranbolu


Sulit rasanya menggambarkan perjalanan kemarin dalam tulisan ini. Tapi aku akan tetap berusaha menjelaskannya padamu. 



Hari itu aku tidak dapat membuka mata untuk melaksanakan shalat subuh. Matahari pagi memanggilku dari alam mimpi. Aku terbangun menghadapi hari. Menyiapkan bekal perjalanan nanti. Bang Seno menawari perjalanan seusai shalat jumat. 




Waktu perjalanan kami pun tiba. Selain Bang Seno ada juga Bang Farid, Bang Solihun dan Bang Akil. Kita semua pernah tinggal se-asrama di Indonesia. Perjalanan kami yang pertama adalah Hıdırlık Tepesi (Puncak Serbaguna). Dari sana kami bisa melihat seluruh isi kota. Selain itu ada beberapa penginggalan penting berupa kuburan besar, pusaka-pusaka dan bentuk penghargaan dari UNESCO. Kemudian kami menuju ke perumahan kuno peradaban Usmani. Tepat di hadapan kami sebuah masjid tua yang masih berdiri dengan gagahnya. Tidak jauh dari masjid, kami menemukan rumah pandai besi. 




Aku mendengar suara air yang mengalir dari satu sungai kecil yang berdinding batuan besar. Aliran itu langsung menarik perhatianku, namun tujuan kami saat itu adalah menelusuri gang-gang rumah tua. Di beberapa gang rumah tua tersebut dijadikan sebagai pasar. Mereka menyebutnya pasar kuno. Di pasar tersebut mereka menawarkan dagangan berupa sabun, parfum. kerajinan tangan, lokum (makanan khas turki) dan karya seni lainnya. 






Sebagai kecamatan kota Karabuk, Safranbolu memiliki ciri khas daerah perbukitan, di mana kita akan dibuat lelah dengan jalan yang menanjak dan berliku-liku. Bang Seno sempat menganggapku remeh untuk berjalan jauh padahal aku sudah sering melakukan perjalan jauh semacam ini. 
  


Seperti yang telah aku sebut sebelumnya bahwa yang menarik perhatian besarku adalah aliran sungai. Kami tiba di suara aliran air yang bernyanyi merdu, berangin sejuk, bersih dan berbau harum. Di pengawal batuan besar terdapat beberapa tulisan, tanda tangan para pengunjung. Kami melewati celah batuan dinding yang sempit untuk dapat sampai di hadapan air yang mengalir deras, Sayang air hujan menyebabkan air itu kotor, Hujan yang turun mengalir membawa bergenggam-genggam warna untuk mewarnai air sungai yang tak bersalah.